AndaiKata.com – Seorang diplomat Timur Tengah pernah menyebutkan tentang “republik kecil di Asia Tenggara” adalah salah satu ‘negeri buatan Israel’ selama konferensi di Casablanca pada 2008 lalu.
Kita tidak perlu menyebutkan nama negaranya, namun kriteria ini cukup tajam untuk mengkritik kepemimpinan sebuah negara sebagai yang memiliki “kemiripan dengan Tel Aviv”.
Pendapat yang menuju ke sebuah ‘republik kecil’ di Asia Tenggara tersebut akan membawa kita kepada sebuah negara terkecil di Asia Tenggara, yaitu Singapura, satu-satunya negara di ASEAN yang justru menentang ZOPFAN atau Zone of Peace, Free and Neutral (Zona Damai, Bebas dan Netral) yang sangat jelas telah menjadikannya sebagai tuan rumah bagi “duta Israel” di kawasan ASEAN.
Selama ini Singapura selalu melibatkan ahli militer Zionis untuk meningkatkan angkatan bersenjatanya, melakukan banyak perdagangan dengan Zionist tersebut dan mengakui bahwa Israel sebagai salah mitra bisnis yang paling penting sejagat baginya, bukannya justru kepada para negara tetangganya.
Dan ketika Anwar Ibrahim mulai melawan segala rintangan dengan mendukung hak-hak dan keamanan Israel, yang menghubungkannya dan sekutu politiknya DAP (Democratic Action Party) yaitu Partai Pan-Malaysian multi-racial party atau partai multi rasial Malaysia dengan ‘PAP Singapore’ (People’s Action Party) atau ‘Partai Tindakan Rakyat Singapura’ atau ‘Partai Aksi Rakyat Singapura’, dan juga Bank of Israel, membuat kecurigaan terhadap sesama negara ASEAN, tumbuh kian tebal.
PAP adalah sebuah partai politik di Singapura yang berkuasa sejak tahun 1954 dan menguasai formasi pemerintahan Singapura.
Pada pemilu parlemen 1963, PAP sangat dominan melalui sistem demokrasi parlementer dan tampil sebagai partai otoriter yang hampir tidak bisa dilawan oleh pihak oposisi. Bidang politik, sosial, dan pembangunan ekonomi sebagai prioritas pembangunan bangsa.
Para pengkritik dari kalangan oposisi tak mampu berbuat banyak karena PAP sangat mendominasi parlemen. Kebijakan-kebijakannya jarang ditentang rakyat. Bahkan, hampir tak pernah terdengar adanya upaya demonstrasi. Dan partai ini telah berkuasa sejak awal kemerdekaannya.
Dan di sini, Jim Sleeper, seorang dosen ilmu politik dari Universitas Yale, membongkar analisis panjang yang logis tentang Singapura-Israel yang memiliki ikatan kuat, berbagi karakter kapitalis yang sama, dan pendekatan diplomatik yang dapat digambarkan sebagai ‘inteloper yang arogan’.
Lee Kuan Yew telah mengatur tujuan kepada penerusnya dan hanya mengikuti “jalan politik” yang telah direncanakan.
Pada tahun 1965, ketika Singapura mendeklarasikan kemerdekaannya, perdana menteri yang pertama (dan selama bertahun-tahun, diktator virtual) Lee Kuan Yew meminta Israel untuk merancang, mengatur, dan mengawasi mesin militernya.
Apakah penunjukan Israel tidak tepat dan bagaimanakah keberhasilannya?
Pada tahun 2012 lalu, Bonn International Center for Conversion telah menerbitkan sebuah survei dari seluruh dunia tentang peringkat Israel sebagai negara yang paling termiliterisasi (militarized nation) di dunia dengan nilai 876.31.
Dan sangat mengagetkan bahwa Singapura berada di urutan kedua sejagat melalui survey yang dinamakan Global Militarization Index (GMI) dengan nilai 814.70. Sedangkan Indonesia berada pada urutan ke 96 dengan nilai 405.64.
The Global Militarization Index atau Global Index Militerisasi menggambarkan bobot relatif dan pentingnya aparat militer dari sebuah negara dalam hubungannya dengan masyarakat secara keseluruhan. Untuk ini, GMI mencatat sejumlah indikator untuk mewakili tingkat militerisasi sebuah negara, yaitu:
1.Perbandingan pengeluaran militer dengan produk domestik bruto (PDB).
2. Perbandingan pengeluaran militer dengan pengeluaran kesehatan.
3. Perbandingan antara jumlah total (para) pasukan militer dengan jumlah dokter, dan populasi secara keseluruhan.
4. Rasio jumlah senjata berat yang tersedia dan populasi secara keseluruhan.
Tapi kita sebagai bangsa di kawasan yang sama, yaitu Asia Tenggara, terutama Indonesia dan juga Malaysia yang berada di utara dan selatan dari negara daun kelor itu, sadar akan semua hal ini. Indonesia selalu menempatkan diplomasi di atas semua, dan begitu pula Malaysia.
Namun perlu diketahui bahwa apapun bisa terjadi, lanskap diplomatik, sosial regional serta internasional dapat mengambil alih giliran, dengan warna yang baru. Bisa saja kita mengharapkan sesuatu yang ‘sangat panas’ diantara hubungan kami pada tahun-tahun mendatang, ya bisa saja, mengapa tidak?
Kesamaan dari “dua mesin kecil” tersebut yaitu Indonesia dan Malaysia, yang bisa atau tidak, dapat pula menjadi model negara kapitalisme baru yang diatur oleh sebuah negara miniatur boneka buatan zionist Israel dengan pendapatan per kapita yang tinggi dan tingkat pertumbuhan yang jarang dikemukakan ke publik.
Namun kenyataannya adalah, keduanya sudah mulai atau bahkan telah diatur oleh tali kekang zionist dan dicap pada pantatnya dengan label negara-negara ala barat yang artinya kita adalah budak milik mereka juga.
Singapura memiliki populasi 5- 6 juta yang terdiri dari 2-3 juta warga negara kelas dua, dan non-warga negara, bahkan banyak dari mereka adalah migran dan banyak pula dari mereka secara terbuka juga dibenci.
Namun pada kenyataannya, bagian yang sangat menarik dari negara sedaun kelor ini adalah Israel telah memiliterisasi masyarakat Singapura, bahkan dengan lagu-lagu militer Israel, yang mana tentara Lee selalu berbaris pada parade pertamanya, sejak hari kemerdekaan Singapura.
Dengan sedikit sekali simbolisasi, mereka telah menunjukkan bagaimana Singapura membangun wajib militer dari penduduknya yang “tak militer” atau un-militeristik itu, dari dulu sampai sekarang.
Setidaknya menurut suatu survei, peringkat profesi prajurit Singapura memang jauh dibawah daripada “si maling Zionist” itu, dengan menempatkan seniman, guru dan pedagang pada posisi paling atas jika terjadi sesuatu.
Jadi sejak dulu, semuanya ditentukan oleh Lee untuk menyesuaikan semua ini bahwa ketika Israel memenangkan Perang Enam Hari pada tahun 1967, maka Singapura membenarkan keputusannya untuk bekerja dengan Zionist itu dan meningkatkan kepercayaan Singapura yang telah “di mentor militer Yahudi” kepada mereka.
Bahkan delegasi PBB Singapura mengejutkan negara-negara Dunia Ketiga lainnya dengan cara tidak melakukan keputusan mengutuk Israel dan justru tidak mendukung ZOPFAN atau Zone of Peace, Free and Neutral yaitu Zona Damai, Bebas dan Netral.
@andaikatacom