Tidak lama lagi umat Islam, Kristen, dan Yahudi di Ibu Kota Berlin, Jerman, bisa beribadah di satu bangunan bernama Rumah Esa.
Surat kabar the Daily Mail melaporkan, pembangunan Rumah Esa ini sudah disetujui oleh rabbi, imam, dan pendeta di Jerman.
Bangunan ditargetkan selesai pada 2018 ini menelan biaya sebesar Rp 717 miliar.
Pekan lalu para pemimpin dari tiga agama itu hadir untuk memberikan pemberkatan dan mengikuti upacara peletakan batu pertama.
Gagasan pembangunan Rumah Esa ini muncul setelah para arkeolog bekerja selama lima tahun untuk menggali temuan gereja pertama di Berlin pada 1350.
“Kami memutuskan menggunakan lokasi temuan itu untuk membangun simbol perdamaian dan toleransi daripada mempertahankan gereja lama,” ujar juru bicara Rumah Esa Anna Poeschel kepada Daily Mail.
“Petrikirche adalah gereja pertama di Berlin. Sekarang kota ini tumbuh menjadi kota multikultur, multikeyakinan. banyak hal sudah terjadi selama ratusan tahun. Ini adalah simbol perdamaian dan toleransi.
Bangunan bagi tempat ibadah umat tiga agama itu dirancang oleh arsitek Wilfried Kuehn. Dia memenangkan kompetisi perancangan proyek ini.
Meski sejumlah kalangan mengkritik, Poeschel mengatakan gagasan ini mendapat dukungan dari umat tiga agama.
“Kini kita sudah sering mendengar agama muncul dalam bentuk kekerasan dan terorisme. Rumah Esa ini ingin menyampaikan pesan berbeda,” kata Poeschel.