Setiap tahun, isu global warming adalah salah satu isu yang menjadi kecemasan pemerintah dunia. Banyak efek dari global warming yang telah diprediksikan akan terjadi beberapa tahun mendatang. Bidang teknologi, khususnya perusahaan-perusahaan besar yang bergerak di dalamnya, mulai memperhatikan kegiatan operasional agar tidak merusak alam. Tak dapat dipungkiri bahwa teknologi menjadi salah satu faktor yang dituding mempercepat bencana global warming. Google, sebagai salah satu perusahaan raksasa di bidang Internet dan IT, mulai membenahi sistem-sistem dan komponen-komponen menuju operasional yang berorientasi pada efek terhadap alam. Ini dibuktikan dengan tindakan Google terhadap pusat data miliknya.
Status raksasa Internet mengharuskan Google memiliki pusat data yang tersebar di seluruh dunia untuk meningkatkan layanannya. Pusat data ini sendiri menghasilkan panas selama proses kerjanya. Menurut American Society of Heating, Refrigeration and Air Conditioning Engineers (ASHRAE), batas suhu maksimal sebuah pusat data harus berada pada 20 hingga 22 derajat Celsius. ASHRAE kemudian meningkatkan batas maksimal tersebut menjadi 27 derajat Celsius. Ini dilakukan guna mendorong pihak perusahaan untuk menemukan sistem pendingin yang tepat untuk mengatasi panas pada pusat data mereka.
Tantangan ini dijawab dengan baik oleh Google. Perusahaan yang bermarkas di California ini menggunakan sistem bernama “free-cooling” untuk semua pusat data miliknya, baik yang di dalam maupun di luar Amerika. Dengan sistem ini Google mengklaim pusat data membutuhkan 50% energi lebih sedikit dibanding pusat data yang ada lainnya.
Sebagai contoh, pusat data Google yang ada di Hamina, Finlandia, dianggap sebagai pusat data tercanggih saat ini. Memanfaatkan pasokan air dari Teluk Finlandia, Google menyalurkan air tersebut melalui pipa khusus untuk menghilangkan panas kemudian menyalurkannya langsung ke mesin-mesin pusat data untuk menurunkan suhunya. Air laut yang telah panas setelah melewati pusat data tadi kemudian dengan air laut yang masih segar untuk menyamakan suhunya sebelum akhirnya dikembalikan lagi ke Teluk Finlandia.
Inovasi dari Google ini terbukti ampuh dalam mengatasi panas. Tidak memerlukan zat kimia semacam freon atau nitrogen yang dinilai dapat merusak ozon untuk jangka panjang, terlebih jika untuk mendinginkan pusat data milik Google yang diketahui sangat besar.