KITA, umat Islam Indonesia, terbiasa dengan tradisi minta maaf saat lebaran (Idul Fitri). Kita biasa saling bermaaf-maafan, mengucapkan “Mohon Maaf Lahir Batin” satu sama lain. Adakah ini sunnah Rasul atau tradisi?
Jawabannya, minta maaf saat lebaran itu tradisi. Bermaaf-maafan saat lebaran, bahkan ketika hendak memasuki Ramadhan, itu tradisi, bukan sunnah, karena tidak ada dalil dan contoh yang menegaskan kesunahannya. Jadi, sekali lagi, hanya tradisi, dan ini tradisi yang baik.
Islam memerintahkan minta maaf kapan saja begitu berbuata kesalahan. Islam tidak memerintahkan umatnya bermaaf-maafan dalam waktu tertentu. Islam tidak menetapkan waktu tertentu untuk bermaafan, termasuk tidak menetapkan lebaran sebagai waktunya saling bermaafan.
“Orang yang pernah menzhalimi saudaranya dalam hal apapun, maka hari ini ia wajib meminta perbuatannya tersebut dihalalkan oleh saudaranya, sebelum datang hari dimana tidak ada ada dinar dan dirham. Karena jika orang tersebut memiliki amal shalih, amalnya tersebut akan dikurangi untuk melunasi kezhalimannya. Namun jika ia tidak memiliki amal shalih, maka ditambahkan kepadanya dosa-dosa dari orang yang ia zhalimi” (HR. Bukhari).
Sekali lagi, Islam memerintahkan minta maaf kapan saja begitu berbuata kesalahan, bukan menunggu lebaran! Tapi, bermaafan saat lebaran pun tidak ada larangan. Ini tradisi baik, tidak ada dalil yang melarangnya.
Saat lebaran atau Idul Fitri, yang dilakukan Rasulullah dan sahabat adalah saling mendoakan “Taqabbalallahu minna wa minkum”, semoga Allah menerima amalan kami dan kalian. Tidak ada bermaaf-maafan, karena Rasul dan sahabat bermaafan kapan saja, khususnya ketika berbuat khilaf. Wallahu a’lam.
Tradisi Sungkem
Indonesia juga punya tradisi yang beragam. Ragam suku dan budaya memungkinkan hal tersebut. Begitupula tradisi maaf-maafan saat lebaran. Masing-masing daerah punya ciri khas tersendiri.
Suku jawa terkenal dengan tradisi sungkem. Dalam laman wikipedia, Arti dari kata sungkem adalah yang dilakukan oleh kedua pengantin kehadapan orang tua serta keluarga yang lebih tua (pinisepuh) dari kedua belah pihak, menunjukkan tanda bakti dan rasa terimakasih atas bimbingan dari lahir sampai ke perkawinan. Selain itu kedua pengantin mohon doa restu dalam membangun kehidupan rumah tangga yang baru, agar selalu mendapatkan berkat dan rahmat Tuhan.
Ternyata tradisi sungkem bukan hanya dilakukan -oleh orang jawa- saat pernikahan, tapi juga saat lebaran.