Sesungguhnya bukanlah kemampuan yang dapat mengantarkan seseorang kenal kepada Tuhannya dan bukan pula ilmu dan amal yang mampu menyampaikan seseorang kepada ALLAH SWT, karena sesungguhnya apapun bentuk kemampuan ataupun kehebatan seseorang, setinggi dan semulia apapun suatu ilmu dan amal, sedikit pun tak mampu memberikan manfaat dan kemuliaan yang menjadikan seseorang bisa kenal kepada Tuhannya, karena sejauh apapun ilmu berlari, sebesar apapun suatu amal, seampuh apapun suatu doa tetap tak akan mampu menembus irodah (kehendak) Tuhan ALLAH SWT, sebab irodah-Nya tidak digantungkan oleh sebab baik dan buruk makhluk-Nya, maka bukanlah ilmu dan amal yang mampu menyampaikanseseorang untuk menemui Tuhannya kecuali hanya kehendak DIA (ALLAH) sendiri yang berkehendak menemui hamba yang notabene adalah ciptaan-Nya.
“IDZAA FATAKHA LAKA WIJHATAN MINAT-TA’ARUFI FALAA TUBAALI MA’AHAA ‘AN QOLAA ‘AMALUKA….”
“Apabila Tuhan membukakan bagimu jalan untuk kenal (ma’rifat) kepada-Nya, maka jangan perdulikan amalmu yang masih sedikit, sebab ALLAH tidak membukakan jalan sebab banyaknya ilmu dan amalmu, kepandaian dan kehebatanmu, melainkan DIA (ALLAH) sendiri yang berkehendak memperkenalkan diri-Nya kepadamu”(Al-Hikam)
Maka jangan sekali-kali engkau bersandar hati kepada ilmu dan amal, kemampuan ataupun kepandaian, didalam menempuh jalan untuk ma’rifat kepada-Nya, karena hanya akan membuatmu semakin jauh dari Diri-Nya, sebab tak mungkinTuhan bisa ditemui dengan ilmu maupun amal, kehebatan maupun kepandaian, karena semua itu adalah ciptaan yang sejatinya tidak ada, tidak wujud, dan tidak mempunyai kehendak mendatangkan kebaikan dan keburukan, kecuali hanya DIA ALLAH SWT Sang Pencipta Alam Semesta, yang menciptakan kebaikan dan keburukan.
“KHOIRIHI WASYARRIHI MINALLOHI TA’ALA”(segala baik dan buruk ada di Tangan-NYA)
Maka tidak mungkin suatu ciptaan bisa menemui Yang Maha Pencipta, dan tak mungkin sesuatu yang tidak ada bisa berkuasa, mampu menciptakan kebaikan dan mampu membuat kemudhorotan, lalu bagaimakah jalan bagi si hamba untuk menemui Tuhannya serta mengenali dan tahu kepada yang disembah?
INGAT….!!!
“TUHAN MAHA ESA, MAHA WUJUD, MAHA SUCI DAN MAHA TINGGI TIDAK MUNGKIN DAPAT DITEMUI DAN DIKENALI, KECUALI DIA SENDIRI YANG BERKEHENDAK INGIN DITEMUI DAN DIKENALI”
Maka sikap pertama yang harus dilakukan si hamba ialah tetap beristiqomah, bersungguh-sungguh di dalam riyadhoh-riyadhoh sesuai apa yang telah dibimbingkan oleh guru mursyidnya, bermujahadah, berdepe-depe, menangisi dosa, merasa rendah di hadapan Tuhannya ALLAH SWT, dengan begitu maka ALLAH akan memberikan jalan baginya.
”Dan orang-orang yang berjihad bersungguh-sungguh untuk mencari keridhoan KAMI (ALLAH), maka akan KAMI tunjukkan kepada mereka jalan-jalan KAMI”(Qs. Al-‘Ankabut:69)
“AL MUJAHADATU MIFTAHUL HIDAYAH LAA MIFTAAHA LAHAA SIWAAHAA”Mujahadah adalah kuncinya HIDAYAH, tidak ada kunci untuk memperoleh hidayah selain mujahadah (kitab IHYA, hal 39)
Dan yang kedua yang paling pokok bagi si hamba ialah benar-benar menyadari di dalam hati bahwa segala sesuatunya tergantung sepenuhnya apa yang menjadi kehendak Tuhan. NOL dari segala sesuatu selain Tuhan, tidak ada rasa kemampuan apa-apa, tidak ada rasa berilmu dan tidak ada rasa berkeinginan apa-apa, hanya pasrah menerima ketentuan yang ada, menyadari bahwa dirinya hanyalah ciptaan, yang hakekatnya tidak ada dan tidak mempunyai kemampuan apa-apa dan perasaan ini harus benar-benar tertancap didalam hati bukan sekedar hanya mengerti diakal saja.
Jangankan untuk sadar bisa mengenal Tuhannya, berkedipun dia tak mampu kalau tanpa kehendak-Nya, maka pasrahkan sepenuhya kepada Tuhannya, dihancurkan ya hancur, dibuat mulia ya mulia, karena sesungguhnya sadar ataupun tidak sadar, khusyu’ ataupun tidak khusyu’, syurga ataupun neraka, dikenali ataupun tidak dikenali, itu semua tak lepas dari tangan Sang Tuhannya yang selalu dia cintai dan dia rindui, maka semuanya dikembalikan kepada TuhanNya ALLAH SWT, dan dia menerima segala ketentuan yang ada, asalkan itu datang dari Tuhannya yang Maha Wujud dan Maha Esa, pandangan hatinya tidak melihat kepada pemberian sadar ma’rifat dan tidaknya, namun yang dilihat hanyalah satu, itu Tuhan.. itu Tuhan (ALLAH SWT), sehingga sedikitpun tidak mengandalkan kemampuannya, tidak mengandalkan ampuhnya suatu doanya dan tidak terpengaruh oleh ilmu serta air mata kerendahannya, karena menyadari bahwa semuanya itu tidak berarti apa-apa kehendak dari Sang Pencipta Yang Maha Esa, karena DIA ALLAH adalah pemain/sutradara tunggal, tidak mungkin bisa ditemui dan dikenali, kecuali DIA sendiri yang memperkenankan Diri-NYA untuk ditemui dan dikenali oleh semua makhluk ciptaan-Nya.
“LAA YAKUUNUL FADHLU ‘ILLAL LILQULUUBIL MUNKASIROTIL MUTA’ARRIDHOTIL-LINNAFAHAATIL ‘ILAHIYYATI”
“Fadlol ALLAH SWT (kehendak maghfiroh, taufiq, hidayah, inayah, rohmat, dsb) tidak akan di berikan atau diturunkan kepada siapa saja, kecuali kepada hati yang sungguh-sungguh meratap, penuh dosa, penuh kelemahan, pasrah, menghadang pertolongan ILAAHIYAH)” (Taqriibul Ushul 217)
Saudaraku, mari sejenak kita bercemin pada diri kita sendiri….
“…ALLAHU LINUURIHII MAY-YASYAA’…”
”ALLAH membimbing kepada cahayaNya siapa yang DIA kehendaki”(QS. An-Nur : 35)
Saudaraku…!!!
Mungkinkah ALLAH sebagai Tuhan Yang Maha Suci, Maha Wujud dan Maha Mulia akan menemui dan memperkenankan diri kita untuk sowan datang keharibaan-Nya, sedangkan hati kita masih menyimpan iri, dengki, benci dan dendam kepada sesamanya?
Mungkinkah Tuhan akan mencintai diri kita, sedangkan ucapan dan tingkah laku kita masih sering membuat sakit orang lain dan senang menabur fitnah kemana-mana?
Mungkinkah ALLAH akan mencintai diri kita, sedangkan kita punya banyak cacat kepada masyarakat, kepada kedua orang tua, kepada anak dan istri?
Dan apa mungkin Tuhan akan bertajalli menemui diri kita, sedangkan di hati kita masih banyak tersimpan keaku-akuan diri, merasa mulia dan merasa terhormat dan merasa penuh dengan kesucian?
Maka turunkanlah kedalam hati wahai saudaraku, tenggelamkan hati kita kedalam samudera Tauhid-Nya, NOL kan hati kita dari perasaan aku (aku bisa, aku mulia, aku kaya, aku berkuasa, aku hidup, aku berkehendak dsb), karena sedetik kita ada perasaan aku ya detik itu juga kita terlempar dari wilahNya, karena ALLAH SUCI DAN TIDAK MAU DISEKUTUKAN DENGAN MAKHLUK APAPUN JUGA.
Yang terpenting mari kita jadikan segala kekurangan kita itu sebagai alat untuk semakin mendekat dan semakin merendah dihadapan-Nya dan jangan pernah berputus asa, tetap sabar dan menguatkan langkah di dalam menempuh jalan menuju kesadaran diri kepada ALLAH SWT WA ROSULIHI SAW.
Semoga kita semua dirahmati dan diridhoi oleh ALLAH SWT.