Suku Betawi adalah sebuah suku bangsa di Indonesia yang pada umumnya bertempat di Jakarta. Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni Jakarta dengan bahasa Melayu Kreol dan kebudayaan Melayunya.
Mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, dan Melayu, serta suku-suku pendatang, seperti Arab, India, Tionghoa dan Eropa.
Namun menurut sejarawan Sagiman MD mengatakan bahwa Eksistensi suku Betawi telah ada serta mendiami Jakarta dan sekitarnya sejak zaman batu baru (Neoliticum), penduduk asli Betawi adalah penduduk Nusa Jawa sebagaimana orang Sunda, Jawa, dan Madura.
Uka Tjandarasasmita mengeluarkan buku berjudul “Jakarta Raya dan Sekitarnya Dari Zaman Prasejarah Hingga Kerajaan Pajajaran (1977)” yang mengungkapkan bahwa Penduduk Asli Jakarta telah ada sekitar tahun 3500-3000 sebelum masehi.
Pada abad ke 15 (tahun 1400-an Masehi) sudah ditemukan kata “Negeri Betawi” di Babad Tanah Jawa. Pengakuan terhadap adanya orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnis, baru muncul pada tahun 1923, saat Husni Thamrin, tokoh masyarakat Betawi mendirikan Perkoempoelan Kaoem Betawi.
Meski begitu, memang ada suku Betawi yang berasal dari perpaduan banyak etnis. Dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing. Begitu pula bahasanya, misalnya ‘gopek’, ‘cepek’ yang merupakan serapan dari bahasa orang Tionghoa.
Dialek Betawi sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu dialek Betawi tengah dan dialek Betawi pinggir. Perbedaan antara keduanya ialah dialek Betawi tengah berbunyi “e”, sedangkan dialek Betawi pinggir adalah “a”.
Seringkali dialek Betawi tengah atau pusat dianggap sebagai dialek Betawi sejati, karena berasal dari tempat bermulanya kota Jakarta, yakni daerah perkampungan Betawi di sekitar Jakarta Kota, Sawah Besar, Tugu, Cilincing, Kemayoran, Senen, Kramat, hingga batas paling selatan di Meester (Jatinegara).
Sementara dialek Betawi pinggiran mulai dari Jatinegara, Condet, Jagakarsa, Depok, Rawa Belong, Ciputat, hingga Jawa Barat. Contoh paling jelas untuk membedakan keduanya ialah pengucapan “mengapa” menjadi “kenape” atau “kenapa”, pengucapan “bapak” menjadi “babe” atau “baba”.