Salah satu kabupaten di provinsi Jawa Tengah, tepatnya di sebelah barat Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan kota kecil yang relatif sepi penduduknya. Bahkan oleh penduduk setempat, Purworejo dijuluki sebagai kota pensiun, karena rata-rata penduduk asli Purworejo hidup di perantauan dan kembali lagi ke kampung halaman untuk menikmati hari tuanya.
Bicara soal kuliner, ada satu hal unik disini. “sego koyor” atau nasi koyor merupakan salah satu kuliner yang cukup populer dan diminati masyarakat setempat.
Masih penasaran apa si Sego (nasi) koyor itu?. Mendengar namanya mungkin masih asing di telinga kita. Sebenarnya koyor merupakan urat sapi. Berbeda dengan gajih (lemak) dan jeroan, koyor memiliki rasa yang gurih dan kenyal serta memberikan keunikan tersendiri bagi penikmatnya. Dalam penyajiannya, sego koyor dihidangkan panas-panas menggunakan alas daun pisang dengan tempe gimbal (tempe goreng tepung) sebagai pelengkapnya.
Uniknya, lapak sego koyor ini buka pada tengah malam tepatnya pukul 00.30 WIB, dan jumlahnya pun terbatas. Tak heran jika belasan orang sudah mulai antri sebelum Pak Supri (penjual nasi koyor) membuka lapaknya di depan bekas pasar Baledono. Pembelinya pun berasal dari berbagai kalangan, mulai dari yang tua sampai yang muda. Bahkan tak jarang ibu-ibu yang menyempatkan keluar malam hanya untuk mendapatkan nasi koyor.
“Mungkin limabelas menit aja udah habis mas, kalo nggak ngantri dari sebelum penjualnya dateng pasti nggak kebagian koyor, apalagi malem minggu, pasti rame”. Kata seorang pembeli yang kebetulan sedang mengantri.
Kecewa pastinya jika anda sudah menyempatkan diri keluar malam untuk menikmati sego koyor, namun ternyata lapak sedang tidak buka. Untuk mengetahui buka atau tidaknya lapak sego koyor, bisa kita lihat. Jika jam 8 malam di teras toko sudah nampak bangku tempat Pak Supri jualan, itu tanda bahwa lapak malam ini buka. Tetapi jika tidak, maka jangan harapkan nikmatnya sego koyor malam ini.
Usaha nasi koyor ini sendiri sebenarnya sudah ada sejak dulu secara turun-temurun di keluarga Pak Supri. Dulunya lapak buka setiap pagi menjelang subuh, namun karena banyak pembeli yang menginginkan lapak buka pada malam hari, Pak Supri memutuskan untuk membuka lapaknya tengah malam.
“jual sego koyor si sudah turun-temurun, saya cuma meneruskan. Dulu saya jualan pagi-pagi, pembelinya orang yang mau berangkat ke pasar, tapi lama-lama yang beli kebanyakan orang begadang dan banyak yang minta buka malam”. Ujarnya.
Sedikitnya koyor yang dijual dikarenakan jatah dari penjagalan sapi lokal yang memang terbatas, namun hal ini justru memberikan kesan limited edition serta menimbulkan rasa penasaran kepada para pembeli. Untuk dapat menikmati nasi koyor, anda tidak perlu mengeluarkan uang banyak, cukup 8.000 rupiah untuk tiap porsi nya.
Nah, bagi anda yang sedang berada di Purworejo maupun sedang dalam perjalanan dan kebetulan melewati kota berirama ini, silahkan mampir. Sangat disayangkan untuk melewatkan kuliner unik yang satu ini.