Alas Ketonggo berada di Desa Babadan, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi , Jawa Timur. Alas Ketonggo adalah sebuah area hutan yang memiliki luas 4.846 meter persegi, terletak 12 kilometer arah selatan Kota Ngawi, Jawa Timur.
Alas Ketonggo mempunyai arti tersendiri. Alas berarti hutan, Ketonggo berasal dari kata katon (terlihat) dan onggo (makhluk halus) atau makhluk halus atau kehidupan yang halus yang katon atau kelihatan. Alas Ketonggo punya hubungan erat dengan Alas Purwo di Banyuwangi, Alas Purwo dijuluki sebagai bapak, dan Alas Ketonggo sebagai ibu.
Warga sekitar mempercayai Alas Ketonggo sebagai pusat keraton lelembut. Di Alas Ketonggo terdapat lebih dari 54 tempat pertapaan. Tapi, hanya ada 10 tempat yang paling sering digunakan untuk melakukan ritual, antara lain Palenggahan Agung Srigati, Phunden Watu Dakon, Punden Tugu Mas, Umbul Jambe, Phunden Siti Hinggil, Kali Tempur Sedalem, Batok Bolu, Watu Legok, Kori Gapit, dan Pelenggahan Soekarno.
Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, alas Ketonggo merupakan hutan yang angker di tanah Jawa.
“Sering terdengar suara, tetapi tak ada wujudnya dan kilatan cahaya aneh berwarna warni yang berasal dari atas pohon,” ujar Waliman, warga yang bermukim di pinggir hutan.
Gundukan tanah aneh
Pada hari-hari tertentu, seperti malam Selasa Kliwon, Selasa Legi, Jumat Kliwon, dan Jumat Legi, serta pada Bulan Sura dalam kalender Jawa, ribuan masyarakat Jawa maupun dari luar Jawa mendatangi palenggahan untuk tirakat sekaligus berdoa. Acara ritual yang dilakukan para peziarah dimulai tengah malam sampai waktu Subuh.
Di hutan Ketonggo terdapat palenggahan Srigati. Ini merupakan objek wisata spiritual yang menurut penduduk setempat adalah pusat keraton lelembut. Di lokasi ini terdapat petilasan Raja Brawijaya.
Pada hari-hari tertentu di Bulan Sura, Pesanggrahan Srigati banyak dikunjungi para peziarah untuk melakukan ritual. Tanggal 14-15 Sura dilakukan upacara tahunan yang disebut Ganti Langse.
Memasuki alas Ketonggo, para peziarah dapat melihat Palenggahan Agung Srigati, berupa sebuah bangunan rumah kecil berukuran sekitar 4 kali 3 meter. Di dalamnya terdapat gundukan tanah, yang dari hari ke hari dikabarkan seperti hidup. Ukuran gundukan tanah itu, semakin lama semakin tinggi dan melebar.
Namun, tidak ada yang dapat mengetahui kenapa gundukan tanah itu seperti hidup dan terus membesar tanpa ada apa pun di dalamnya.
Dinding rumah itu dikitari kain putih panjang. Seperti tempat sakral pada umumnya, Pesanggrahan Srigati pekat dengan bau dupa. Di sekitar tanah, yang terlindung atap rumah itu, juga berserakan bunga tabur yang selalu disebarkan para peziarah.
Sebelumnya, alas Ketonggo akan dijadikan wisata spiritual di Kota Ngawi oleh pemerintah pusat dan Perhutani, tetapi belum diperbolehkan karena dipercaya masih angker.