Cikar, adalah armada pertama milik Djawatan Angkutan Motor Republik Indonesia (DAMRI) yang berperan aktif saat perjuangan kemerdekaan tahun 1946. Armada yang ditarik oleh dua ekor sapi ini berfungsi sebagai alat angkut logistik militer di daerah Banyumas.
Cikar juga sempat melayani daerah Surabaya dan Mojokerto. Cikar merupakan alat transportasi darat tradisional dari Indonesia. Cikar banyak dijumpai di daerah-daerah seperti Pulau Sumatera, Jawa dan Lombok.
Berbeda dengan delman atau dokar, cikar pada umumnya ditarik oleh dua ekor sapi dan dipergunakan untuk angkutan yang memuat barang, berupa hasil bumi atau orang. Walau saat ini sudah sulit untuk ditemui, namun bagi beberapa orang terutama di pedesaan cikar masih digunakan sebagai alat transportasi untuk mengangkut hasil bumi, terutama di daerah-daerah yang sulit dilalui oleh kendaraan atau truk, karena kondisi alam yang terjal dan bebatuan.
Sapi-sapi penarik cikar mampu menarik beban yang sangat berat. Sapi-sapi tersebut pada musim penghujan dimanfaatkan untuk menarik bajak di sawah, sedangkan pada musim kemarau di saat para petani tidak membajak sawah, maka sapi-sapi ini dimanfaatkan untuk menarik cikar sebagai mata pencarian sampingan para petani.
Masa kejayaan Cikar DAMRI pun berakhir saat angkutan bermesin mulai digunakan secara massal di Indonesia. Dalam kegiatan usahanya kini DAMRI tidak hanya menyelenggarakan pelayanan angkutan perkotaan, angkutan antar kota, angkutan khusus bandara, angkutan travel, angkutan paket (logistik) dan angkutan keperintisan. DAMRI juga membuka jasa angkutan lintas batas negara, yang diawali dengan pembukaan trayek Pontianak-Kuching(malaysia)-Brunei darussalam. Dalam waktu dekat akan disusul dengan pembukaan pelayanan ke Papua New Guinea (Jayapura-Vanimo) dan Timor Leste (Kupang-Dili).