Ganteng dari Hongkong? Kaya dari Hongkong? Artis dari Hongkong? Duit dari Hongkong? Baju dari Hongkong? Nenek dari Hongkong? Anak dari Hongkong? Keponakan dari Hongkong? Kue dari Hongkong? Rumah dari Hongkong? Mobil dari Hongkong? Pacar dari Hongkong? Pesta dari Hongkong? Pintar dari Hongkong? Bagus dari Hongkong? Seniman dari Hongkong? Penyair dari Hongkong?
HONGKONG. Mengapa harus dari Hongkong dan bukan tempat lain. Ada apa di balik Hongkong, sehingga selalu harus “…dari Hongkong?”. Inilah fakta bahasa. Istilah dan juga ungkapan yang kian populer di tengah realitas pergaulan.
Istilah “…dari Hongkong?” dalam konteks bahasa gaul sebenarnya mau mengatakan tentang dua hal. Hal-hal tersebut tentu saja berkaitan erat dengan (versi) asal-usul munculnya istilah “…dari Hongkong”.
Pertama, menurut cerita, istilah “… dari Hongkong” ditemukan di Universitas Indonesia pada tahun 1970-an. Saat itu ada seorang mahasiswa yang punya photo kuburan Cina. Selanjutnya sang mahasiswa yang bersangkutan terus mengatakan kepada rekan-rekannya bahwa photo tersebut dipotretnya di Hongkong ketika dia sedang melancong ke sana. Namun belakangan baru mendapat kepastian, kalau ternyata photo tersebut dipotret di Medan. Sudah sejak itu sang mahasiswa selalu disindir “…dari Hongkong”.
Popularitas istilah tersebut lantas tidak hanya menunjuk dan berkaitan dengan photo, tetapi juga menunjuk dan berkaitan dengan apa saja yang berbau kebohongan dan kepalsuan. Tentang sesuatu yang tidak berdasarkan fakta, bertolak belakang dengan fakta, tidak sebenarnya, bahkan penolakan dan juga pengabaian.
Dalam penyampaiannya, istilah “…dari Hongkong” tampak dalam keseharian biasanya tidak hanya diguna-sampaikan secara renyah sebagai sekedar kelakar atau canda, namun juga sebagai sinis/sindir dan marah sehingga harus dengan intonasi tanya yang tegas. Sebagai misal lazim kita dengar komentar-sangkalan seperti sebagai berikut: Ganteng dari Hongkong? Kaya dari Hongkong? Artis dari Hongkong? Duit dari Hongkong? Baju dari Hongkong? Nenek dari Hongkong? Anak dari Hongkong? Keponakan dari Hongkong? Kue dari Hongkong? Rumah dari Hongkong? Mobil dari Hongkong? Pacar dari Hongkong? Pesta dari Hongkong? Pintar dari Hongkong? Bagus dari Hongkong? Seniman dari Hongkong? Penyair dari Hongkong?. Dst
Kedua, berdasarkan versi yang lain istilah “…dari Hongkong?” hendak mengatakan tentang ‘kesempurnaan’. Artinya segala sesuatu hanya ada, baik benda, peristiwa maupun orang hanya ada dan berkaitan dengan ‘Hongkong’. ‘Hongkong’ seakan-akan merangkum-ringkas keterbatasan, kekurangan dan ketidaklengkapan. ‘Hongkong’ adalah segalanya, demikian istilah kasarnya.
Hal ini tentu saja tidak lepas dari sejarah lahirnya istilah “…dari Hongkong” dalam versi kedua. Menurut cerita di era tahun 1960-an (dan saya kira sampai sekrang) terdapat banyak barang-barang mewah dari Hongkong yang murah meriah. Semua barang tertulis jelas ‘Made in Hongkong’ atau buatan Hongkong. Tidak hanya mobil dan besi-baca untuk pembangunan rumah, tetapi juga jam tangan dan sandal jepit pun jelas tertulis ‘Made in Hongkong’. Sehingga yang tertampak adalah apa pun jenis barangnya, semuanya pasti berasal dari satu sumber yang sama yakni “…dari Hongkong”
Lantaran itu tidak heran, jika dalam bahasa keseharian apa pun komentar, pernyataan, sangkalan, bahkan marah sekalipun jika hendak diringkas jawabannya maka hanya akan ada satu jawaban dengan nada dan intonasi yang sama “…dari Hongkong” sebagai misal: Ganteng dari Hongkong. Kaya dari Hongkong. Artis dari Hongkong. Duit dari Hongkong. Baju dari Hongkong. Nenek dari Hongkong. Anak dari Hongkong. Keponakan dari Hongkong. Kue dari Hongkong. Rumah dari Hongkong. Mobil dari Hongkong. Pacar dari Hongkong. Pesta dari Hongkong. Pintar dari Hongkong. Bagus dari Hongkong. Seniman dari Hongkong. Penyair dari Hongkong. Dst..