Banyak kota di Indonesia yang mungkin anda sudah jelajahi, tapi sejauh mana anda mengenal kota-kota tersebut, atau setidaknya sejarah nama-namanya?
Nah, simak 9 asal-usul nama tempat di Indonesia ini yang mungkin belum anda ketahui.
1. SAMARINDA
Kota ini dinamai Samarinda, bukan karena banyak gadis bernama Rinda, tapi berawal dari kata “Sama Rendah”. Awal mulanya di kota ini banyak penduduk yang berasal dari latar belakang yang sama, baik penduduk asli maupun pendatang. Kaum pendatang didominasi orang-orang Bugis dari Sulawesi Selatan, yang bersama-sama orang Wajo membangun pemukiman di sepanjang sungai Mahakam. Saat itu tempat tinggal mereka masih berupa rumah rakit yang harus berdiri “Sama Rendah”. Lama kelamaan “Sama Rendah” ini menjadi Samarinda.
2. SALATIGA
Salah satu legenda menceritakan bahwa asal usul kota “Salatiga” diinspirasi oleh 3 orang perampok yang mencoba merampok Sunan Kalijaga yang tengah berada dalam perjalanan. Versi lain menyebutkan kota ini dinamakan Salatiga karena ada tiga orang yang telah berbuat salah yaitu Adipati Pandanarang, Nyai Pandanarang, dan perampok.
3. PONTIANAK
Kata “Pontianak” adalah Bahasa Melayu untuk Kuntilanak. Disebut demikian karena menurut mitos, sebuah rombongan yang dipimpin oleh Syarif Abdurrahman sering diganggu oleh hantu kuntilanak ketika menyusuri Sungai Kapuas. Bahkan Syarif terpaksa melepaskan tembakan meriam untuk mengusir hantu kuntilanak tersebut.
4. BANYUWANGI
Konon, dahulu kala wilayah ujung timur Pulau Jawa ini dipimpin oleh seorang raja yang bernama Prabu Sulahkromo. Ia tergila-gila pada Sri Tanjung, istri patihnya sendiri, yang bernama Patih Sidopekso. Karena Sri Tanjung tetap menolak cintanya, ia memfitnah Sri Tanjung dan mengatakan pada Sidopekso kalau dirinya telah berbuat serong. Sidopekso murka lalu membunuh istrinya sendiri, lalu membuang mayatnya ke sungai. Tak lama kemudian, dari sungai keluar wangi harum. Banyu=air, wangi=harum. Sejak saat itulah daerah itu disebut sebagai Banyuwangi.
5. MALANG
Ada legenda mengatakan Malang berasal dari kata “Membantah” atau “Menghalang-halangi” (dalam bahasa Jawa berarti Malang). Saat itu, Sunan Mataram yang ingin meluaskan pengaruhnya ke Jawa Timur telah mencoba untuk menduduki daerah Malang. Penduduk daerah itu melakukan perlawanan perang yang hebat. Karena itu Sunan Mataram menganggap bahwa rakyat daerah itu menghalang-halangi, membantah atau malang atas maksud Sunan Mataram. Sejak itu pula daerah tersebut bernama Malang.
6. BALIKPAPAN
Legenda menyebut pada tahun 1739, Sultan Muhammad Idris dari Kerajaan Kutai, memerintahkan kepada pemukim-pemukim di sepanjang Teluk Balikpapan untuk menyumbang bahan bangunan guna pembangunan istana baru di Kutai lama. Sumbangan tersebut berupa penyerahan sebanyak 1000 lembar papan yang diikat menjadi sebuah rakit yang dibawa ke Kutai Lama melalui sepanjang pantai. Setibanya di Kutai lama, ternyata ada 10 keping papan yang kurang (terlepas selama dalam perjalanan) dan hasil dari pencarian menemukan bahwa 10 keping papan tersebut terhanyut dan timbul disuatu tempat yang sekarang bernama “Jenebora”. Dari peristiwa inilah nama Balikpapan itu diberikan (dalam istilah bahasa Kutai “Baliklah – papan itu” atau papan yang kembali yang tidak mau ikut disumbangkan). Ini versi yang dimuat di balikpapan.go.id.
7. PURWOREJO
Pada masa Kesultanan Mataram hingga abad ke-19 wilayah ini lebih dikenal sebagai Bagelen. Saat ini Bagelen malah hanya merupakan kecamatan di kabupaten ini. Setelah Kadipaten Bagelen diserahkan penguasaannya kepada Hindia-Belanda oleh pihak Kesultanan Yogyakarta (akibat Perang Diponegoro), wilayah ini digabung ke dalam Karesidenan Kedu dan menjadi kabupaten. Belanda membangun pemukiman baru yang diberi nama Purworejo sebagai pusat pemerintahan (sampai sekarang) dengan tata kota rancangan insinyur Belanda, meskipun tetap mengambil unsur-unsur tradisi Jawa. Kota baru ini adalah kota tangsi militer, dan sejumlah tentara Belanda asal Pantai Emas (sekarang Ghana), Afrika Barat, yang dikenal sebagai Belanda Hitam dipusatkan pemukimannya di sini. Sejumlah bangunan tua bergaya indisch masih terawat dan digunakan hingga kini, seperti Masjid Jami’ Purworejo (tahun 1834), rumah dinas bupati (tahun 1840), dan bangunan yang sekarang dikenal sebagai Gereja GPIB (tahun 1879). Alun-alun Purworejo, seluas 6 hektare, konon adalah yang terluas di Pulau Jawa. (Baca juga: Inilah 8 Destinasi Wisata di Purworejo yang Wajib Dikunjungi Traveler)
8. BANDUNG
Legenda menyebutkan nama “Bandung” berasal dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan yang disebut perahu bandung yang digunakan oleh R.A. Wiranatakusumah II, untuk melayari sungai Citarum dalam mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk menggantikan ibukota yang lama di Dayeuhkolot. (Baca juga: Tebing Karaton, Tempat Selfie Paling Top di Bandung)
9. PURWOKERTO
Ketika terjadi pemberontakan Cina yang sering discbut geger Pacinan, banyak pembesar Kraton Kartasura lari meninggalkan kraton. Sebagian lari ke arah timur. Sebagian lagi lari ke arah barat, mencari keselamatan masing-masing. Untuk mencari tempat yang aman, para pengungsi sebagian lari terus ke arah barat. Sekitar dua puluh lima orang telah sampai di daerah Banyumas. Keadaannya waktu itu masih hutan rimba. Merasa sudah sampai daerah yang dianggap aman mereka mulai membabat hutan. Tempat itu dijadikan pekarangan dan ladang serta perkebunan. Di antara mereka yang dianggap mempunyai ngelmu bernama Kyai Kartisara. Kyai Kartisara sangat disegani dan dihormati orang-orang di tempat itu. Karena itu dia dianggap sebagai “sesepuh”nya. Lama-kelamaan daerah pinggiran gunung Slamet bagian selatan yang tadinya hutan itu menjadi suatu desa yang aman. Namun desa itu belum mempunyai nama. Karena itu Kyai Kartisara mengusulkan agar desa itu diberi nama Purwokerto. Purwo artinya awal mula; Kerto artinya aman atau damai. Jadi Purwokerto artinya awal mula yang damai.