AndaiKata.com – Bila kamu melihat lalat buah, mereka bisa membedakan buah yang manis dan tidak. Walau dalam satu pohon sekelompok buah matang bersamaan, ada yang lebih digemari dan tidak. Karenanya, petani sering membungkus buah agar tak diganggu hama.
Kehebatan serangga menentukan sumber makanan terbaik menjadi pertanyaan sejak lama. Kuncinya ada pada reseptor. Setiap jenis serangga memiliki reseptor perasa – protein baru – yang bisa merasakan adanya bahan kimia pada sumber makanan. Tak hanya membuat pilihan penting terkait makanan, tetapi juga pasangan, atau lokasi menempatkan telur-telur mereka.
Meskipun reseptor serangga sudah ditemukan lebih dari satu dekade lalu, bagaimana mereka mengenali bahan kimia yang beragam tetap menjadi teka-teki dan tantangan yang belum terjawab – sampai sekarang. Karena itulah, para peneliti di University of California mencari tahu lebih jauh fungsi reseptor tersebut. Lalat buah dipilih karena “Rasa manis berfungsi sebagai indikator dari nilai gizi, dan lalat, seperti banyak hewan lain, suka dengan yang manis-manis,” ujar Anupama Dahanukar, asisten profesor entomologi yang memimpin proyek penelitian.
Lalat buah memiliki delapan reseptor perasa manis, dan apa yang dilakukan masing-masingnya secara khusus belumlah jelas. Hal yang mengejutkan disini, para peneliti menemukan bahwa masing-masing dari delapan reseptor itu dianugerahi kepekaan terhadap satu atau lebih substansi manis.
Analisis sistematis mereka menunjukkan bahwa reseptor dapat dipisahkan menjadi dua kelompok yang didasarkan pada senyawa mana yang mereka deteksi dan seberapa erat kaitannya mereka secara berurutan.
“Setiap reseptor berkemungkinan memberikan kontribusi langsung dan independen bagi spektrum respons keseluruhan pada neuron-neuron rasa manis, yang bisa memiliki beberapa implikasi penting dalam mengembangkan strategi untuk memblokir reseptor ini,” kata Dahanukar.
Tim risetnya menggunakan penciuman neuron Drosophila sebagai inang untuk memperlihatkan reseptor perasa. Neuron ini unik karena, meskipun hal ini terkait dengan bau, itu memperlihatkan anggota dari famli reseptor perasa.
“Kami mengungkap reseptor perasa manis, satu demi satu, dalam neuron ini, dan kami menemukan bahwa neuron inang, yang biasanya tidak merespon gula, sekarang mampu diaktifkan oleh substansi manis,” kata Dahanukar.
“Orang akan berharap bahwa pertukaran reseptor perasa antara neuron-neuron perasa yang berbeda akan terdengar strategis, tetapi mereka telah mencobanya dan gagal,” kata Erica Gene Freeman, seorang mahasiswa pascasarjana bioteknologi yang bekerja di lab Dahanukar dan penulis pertama dari makalah penelitian ini.
Next target: nyamuk
Keberhasilan Dahanukar dan tim mempelajari reseptor pada lalat buah, membawa kemajuan utntuk mengetahui bagaimana hal ini juga berlaku pada nyamuk. Seperti ditulis dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, yakni mengungkap fungsi reseptor rasa pada serangga yang menularkan penyakit (misalnya, nyamuk) atau merusak tanaman (misalnya, kumbang dan kumbang penggerek).
Meskipun perbedaan evolusi antara nyamuk dan lalat, reseptor perasa nyamuk itu secara fungsional seperti neuron lalat yang tidak ada faktor nyamuk lainnya.
“Ini memberi kita dorongan untuk menyelidiki reseptor perasa dari serangga lainnya seperti nyamuk yang menularkan penyakit, serta hama yang memakan tanaman,” kata Dahanukar. “Salah satu tujuan penting adalah untuk melihat apakah kita dapat menggunakan sistem ini untuk menemukan senyawa yang dapat memodifikasi perilaku makan serangga berbahaya dengan cara yang lebih tepat sasaran.”
@andaikatacom