Nabi Muhammad SAW merupakan satu-satunya manusia yang berhasil mencapai langit ketujuh dan melakukan perjalanan menembus dimensi waktu. Saat itu Rasulullah SAW bersama Malaikat Jibril menuju langit untuk menjemput perintah salat lima waktu sebagai kewajiban utama umat Islam.
Nabi Muhammad diantar menemui Allah SWT di Arsy dengan kendaraan bernama Buraq. Hanya dalam waktu satu malam saja, Dia menembus angkasa dan berkeliling alam semesta atas izin Allah SWT. Peristiwa ini diabadikan dalam alquran Surah Al Isra sebagai peristiwa isra mi’raj.
Akal dan logika akan sulit memahami peristiwa yang sangat menakjubkan tersebut. Menurut Albert Einstein, manusia hanya bisa menjelajah waktu ketika melaju dengan kecepatan cahaya yakni 300.000 km perdetik dan mustahil dilakukan.
Jika Nabi Muhammad sukses menjelajah waktu, artinya kendaraan Buraq yang mengantarkannya ke Arsy memiliki kecepatan yang super kilat. Buraq merupakan seekor binatang yang punggungnya panjang dan langkahnya adalah sepanjang mata memandang. Nama hewan ini berasal dari istilah Barqu yang berarti kilat dan memiliki kecepatan di atas sinar. Bagaimana kecepatannya Buraq jika dikaji secara matematis?
Allah SWT dalam Al-Quran ayat 20 menggambarkan tentang bagaimana perjalanan kedua hamba-Nya ini menggunakan kendaraaan secepat kilatan.
“Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu) menyinari, mereka berjalan di bawah (sinar) itu, dan apabila gelap menerpa mereka, mereka berhenti. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia hilangkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sungguh, Allah Kuasa atas segala sesuatu.” (Al-Qur’an:20)
Berdasarkan peneltian, kilat atau sinar ini bergerak sejauh 186.000 mil atau 300.000 km per/satuan yang sangat jauh meninggalkan detik. Sementara diketahui jika jarak matahari dari bumi sekitar 93.000.000 mil, maka diperlukan waktu dilintasi oleh sinar dalam 8 menit.
Sementara itu menurut Anwar Effendie dalam bukunya berjudul Isra’ Mi’raj Perjalanan Ruang Waktu dalam Kaitannya dengan Penciptaan Alam Raya, untuk bisa menerobos garis tengah jagat raya, seseorang memerlukan waktu 10 milyar tahun cahaya, dengan melalui galaksi-galaksi, yang selanjutnya menuju kulit bola alam raya.
Sementara itu, jika dibandingkan dengan waktu yang diperlukan malaikat untuk melintasi alam raya, satu hari malaikat berbanding 50.000 tahun waktu bumi. Hal ini dijelaskan dalam QS. Al Ma’arij ayat 4 yang artinya:
”Para malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun.”
Sementara, untuk jarak radius alam semesta hingga sampai ke Sidratul Muntaha, dengan melewati angkasa raya yang disebut sebagai ‘Arsy Ilahi, setidaknya diperlukan waktu 10 milyar tahun cahaya (bahkan mungkin lebih dari itu, wallahu a’lam).
Artinya untuk perjalanan tersebut diperlukan waktu seperti perhitungan berikut ini:
1 hari malaikat = 50.000 tahun
200.000 hari malaikat = 10 milyar tahun (cahaya)
200.000 hari = 547,9 tahun (dengan perbandingan 365 hari = 1 tahun).
Jika mengacu pada data tersebut, artinya malaikat memerlukan waktu 547,9 tahun untuk bisa berkeliling jagat raya.
Akan tetapi kenyataannya, malaikat Jibril dan Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Mi’raj HANYA menghabiskan waktu 1/2 hari waktu bumi (maksimum 12 jam).
Sehingga bisa dipahami jika buraq memiliki kecepatan berkali-kali lipat daripada kecepatan kilat, bahkan melebihi kecepatan malaikat sekalipun.
Dengan demikian, wajarlah bila dikatakan, peristiwa Isra’ Mi’raj diperjalankan oleh Allah sebagaimana ditunjukkan dalam QS. Al Isra’ ayat 1,
”Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”
Hal ini jelas menjelaskan bahwa Isra’ Mi’raj merupakan suatu perjalanan yang digunakan untuk menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya. Wallahu a’lam, semua ilmu pengetahuan hanya milik Allah SWT.