Seks adalah hal naluriah bagi manusia sekaligus sebagai jalan untuk keberlangsungan keturunan. Dalam fungsinya, aktivitas seksual juga dilakukan sebagai bentuk atau langkah memberikan kepuasan. Namun pada faktanya kepuasan ini tidak hanya dilakoni dengan cara yang umum dan wajar, tetapi ada beberapa laku yang menunjukkan kelainan seksual.
Beberapa penyebabnya macam-macam, mulai dari genetik, pergaulan dan lingkungan, pengalaman masa kecil, kekerasan yang pernah dialami, ataupun pemicu psikologi lainnya. Berikut adalah beberapa bentuk kelainan seksual yang perlu diketahui yang ada di sekitar kita.
1. Fetisisme
Adalah suatu kondisi yang terjadi ketika seseorang mengalami kepuasan seksual ketika diperhadapkan dengan objek tertentu. Misalnya, ada orang yang terangsang dan bisa mencapai klimaks dengan celana dalam, kaus kaki atau stocking. Sesuatu yang berbau fetisisme tidak selamanya berkaitan dengan objek erotis. Bahkan ada orang yang terangsang dengan sepatu bot ataupun sendok.
Selain benda, fetisisme juga mengalami rangsangan pada bagian-bagian tubuh tertentu seperti ketiak, kaki, jari tangan, atau bahkan rambut. Pada tingkatannya, rangsangan dan kepuasan seksual bisa dilakukan dengan, atau tanpa pasangan.
Selama tidak mengganggu dan hanya dijadikan sebagai pemicu fantasi, fetitisme tidak dianggap berbahaya. Namun menjadi berbahaya bila menjadi adiktif dan mengganggu pencapaian orgasme bila tidak dilakukan sama sekali.
2. Exhibitionism
Kelainan seksual exhibitionism ini adalah suatu kondisi di mana seseorang mendapatkan rangsangan secara seksual dan mencapai kepuasan ketika dia memamerkan area genitalnya ataupun melakukan masturbasi di depan satu hingga banyak orang. Pada intinya, orang dengan kelainan seksual ini beranggapan orang yang melihat “atraksinya” tersebut juga mendapat rangsangan yang sama seperti yang dialaminya. Sehingga ia mendapat kepuasan saat melakukan “atraksinya”.
3. Pedofilia
Pedofilia bukanlah sebuah preferensi seksual, melainkan sebuah kelainan mental. Pedofil, orang yang mengidap pedofilia, memiliki ketertarikan seksual terhadap anak-anak prapubertas. Seorang pedofil merasa terangsang secara seksual dan memiliki keinginan berhubungan intim dengan anak kecil. Banyak pengidap pedofilia melakukan terapi dengan psikiater karena merasa buruk atas fantasi seksualnya dan ingin sembuh dari kondisi ini.
Sayangnya, banyak juga kasus di mana pedofil tidak hanya sekadar berfantasi, tetapi hingga melakukan tindakan asusila terhadap anak. Menurut studi kasus, yang sering terjadi adalah para pedofil melakukan tindakan asusilanya kepada kerabat terdekat, bahkan anak kandungnya sendiri.
4. Sadomasokisme
Sadomasokisme sendiri adalah perilaku kelainan seksual di mana seseorang merasakan kenikmatan dan kepuasan seksual ketika menyakiti atau disakiti. Sadomasokisme memiliki tingkatan, ada yang hanya sampai pada tahapan memukul atau menggigit hingga meninggalkan bekas lebam. Namun pada tahapan yang sudah parah bisa menyebabkan luka-luka parah yang disebabkan alat-alat atau benda tajam. Kelainan seksual ini bisa menyebabkan kematian karena dalam kondisi tertentu ketika masokis (yang disakiti) dan sadis (yang menyakiti) akan mendapatkan klimaks ketika menempatkan nyawa di ujung tanduk, misalnya dengan melakukan pencekikan.
5. Frotteurism
Frotteurism adalah ketertarikan seseorang untuk menggesek-gesekkan bagian genitalnya kepada bagian tubuh orang lain tanpa persetujuan korban. Ini biasanya dilakukan di tempat umum. Mayoritas pengidap frotteurism adalah pria dan korbannya adalah wanita.
Pada situasi ini biasanya korban tidak bisa melakukan apa-apa karena merasa malu dan tidak tahu harus berbuat apa, sedangkan pelaku bisa mendapatkan klimaks hingga ejakulasi. Rangsangan seksual yang diperoleh pengidap kelainan seksual ini muncul karena “keseruan” yang dirasakan saat melakukannya di tempat umum, dengan orang yang tidak dikenal bahkan tanpa perlu melihat wajahnya. Konseling dan terapi psikologis diperlukan untuk menyembuhkan seseorang dari kelainan seksual ini.