Selain melatih jiwa, berpuasa selama satu bulan di bulan Ramadan secara medis juga menyembuhkan penyakit metabolik atau penyakit tidak menular yang menggangu kualitas hidup. Tak hanya itu, berpuasa ternyata juga menurunkan resiko alzheimer atau pikun.
Lalu bagaimana penjelasan puasa itu bisa menekan resiko kepikunan?
Secara teoritis penyakit metabolik itu menyebabkan gangguan tubuh melalui satu jalur, yakni resistensi insulin. Suatu keadaan restensi insulin yang paling sering disebabkan obesitas atau kegemukan.
Kelebihan lemak tubuh kita bisa direfleksikan di lingkar perut. Perempuan tidak boleh lebih 80 sentimeter dan laki-laki itu tidak boleh lebih 90 sentimeter. Kalau lebih, hati-hati karena resiko resistensi insulin meningkat.
Dengan berpuasa, kadar lemak tubuh itu berkurang. Otomatis, kata dia, resistensi insulin berkurang sehingga resiko gangguan terhadap metabolisme tubuh terutama sistem sarat pusat pun ikut berkurang. Itu sebabnya penderita diabetes itu lebih cepat bisa mengalami kepikunan lantaran lemak berlebihan dan gula darah berlebihan.
Dengan perbaiki resisntensi insulin teroritis penyakit pikun bisa ditekan, puasa itu juga proses detoksifikasi atau proses normal dari tubuh untuk membuang dan menetralkan racun. Puasa Ramadan merupakan detoksifikasi kategori sedang lantaran mengurangi beban metabolisme tubuh seperti membakar kelebihan lemak. Karena itu sangat baik jika setelah Ramadan itu dilanjutkan dengan puasa sesuai sunah Rasul.
Sekali dua kali puasa proses detoksifikasi itu tidak terjadi. Dan kalau puasa Ramadan dilanjutkan lagi, detoksifikasi makin berkesinambungan dan optimal setelah diteliti secara medis.