Mengunjungi mal sudah menjadi bagian dari gaya hidup masa kini. Mulai dari belanja, makan, menonton film, janji berjumpa kawan, menghindari kemacetan, atau sekadar “kabur” dari kepenatan sehari-hari . Prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sehat, yakni di atas lima persen, selain memacu tingkat konsumsi masyarakat, juga berperan dalam pesatnya pertumbuhan jumlah mal di Jakarta yang amat pesat .
Dengan lebih dari 170 mal yang tersebar di berbagai sudut wilayahnya, tak mengherankan jika ibukota Indonesia masuk ke dalam daftar kota besar dengan jumlah pusat perbelanjaan terbanyak di dunia . salah satu platform properti global, merilis hasil penelitian pertumbuhan properti ritel yang mengungkap banyak fakta-fakta menarik seputar Jakarta, “The City of Malls”. Apa saja kah itu?
1. Total lahan ritel di Jakarta setara dengan sembilan kali luas Vatikan
Dalam laporan Global Cities Retail Guide 2013/2014 (cwglobalretailguide.com) dari Cushman & Wakefield, firma layanan real estate komersial, lahan ritel di Jakarta tumbuh lebih dari 17%, atau hampir mencapai angka 4 juta meter persegi. Spektakuler? Tentu saja. Mengingat luas tersebut (nyaris) menyamai sembilan kali luas Kota Vatikan!
2. Tiap mal di Jakarta punya fitur unik
Dalam riset Lamudi, ditemukan bahwa setiap mal memiliki fitur unik untuk memikat pengunjungnya. Sebagai contoh, Grand Indonesia memiliki layar bioskop terbesar di Indonesia. Mal Kelapa Gading bahkan punya dua fitur unik, yaitu teater IMAX terbesar di Indonesia plus “The Catwalk”—tempat para desainer lokal menampilkan koleksi-koleksi busana terbaik mereka.
Untuk Central Park Mall, taman Tribeca di dalam pusat perbelanjaan menjadi salah satu fasilitas andalan yang mengizinkan para pengunjung untuk bersantai sembari menikmati udara yang segar. Kota Kasablanka memberikan sentuhan Maroko dalam interiornya. Mal Taman Anggrek memikat pengunjung dengan layar LED terpanjang di dunia. Sedangkan Gandaria City dengan MainStreet Dining dua tingkat sepanjang 600 meter menghadirkan tema “Jakarta Tempo Doeloe” (Batavia) di salah satu ujung dan “New York Time Square” di ujung berikutnya.
3. Tidak akan ada mal baru di lagi CBD
Pembangunan mal baru di area CBD (Central Business District) saat ini sudah dihentikan dengan adanya moratorium pembangunan mal. Alasannya, karena sudah terlalu banyak mal yang lokasi cukup berdekatan di area CBD. Hal ini menyebabkan geliat pertumbuhan mal justru terjadi di kota-kota satelit sekitar Jakarta seperti contohnya Lippo Cikarang di timur Jakarta, serta Alam Sutera dan BSD di Tangerang. Di sisi lain, meski populasi mal di Jakarta makin menjamur, namun tingkat hunian mal di wilayah ini mencapai 90% di kwartal kedua 2014—tertinggi sejak tahun 2005.
4. CBD punya paling banyak mal
Lahan ritel terbesar bisa kita temukan di CBD Jakarta (22 persen), diikuti oleh Jakarta Selatan (21 persen), Jakarta Utara (20 persen), dan Jakarta Barat (17 persen). Sedangkan untuk sisanya ada di Jakarta Pusat dan Jakarta Timur.
5. “Penghuni” mal didominasi perempuan
Rata-rata orang Jakarta menghabiskan sekitar tiga jam setiap kali mengunjungi mal. Sebagian besar penghuni “mal” ini terdiri dari kaum hawa, yang paling betah berlama-lama nge-mal.